Bupati
Purwakarta Anne Ratna Mustika meminta jajarannya untuk mengantisipasi
terjadinya penurunan kualitas udara dampak dari musim kemarau yang panjang dan
ekstrim.
Perintah
itu diberikan sebagai langkah antisipasi agar masyarakat bisa terhindari dari
berbagai potensi penyakit yang disebabkan kualitas udara yang buruk.
Perintah
itu sekaligus sebagai langkah antisipasi menyusul terjadinya penurunan kualitas
udara di sejumlah kota besar diantaranya DKI Jakarta dan kawasan Bodetabek
(Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi).
"Kualitas
udara di Purwakarta harus terus dijaga berada dalam kondisi baik. Harus
disiapkan langkah antisipasi yang mampu mencegah terjadinya penurunan kualitas
udara di Purwakarta. Kita harus melindungi masyarakat dari berbagai potensi
penyakit yang ditimbulkan dari penurunan kualitas udara," kata Bupati Anne
Ratna Mustika, Jumat, 18 Agustus 2023.
Orang
nomor satu Purwakarta itu juga menghimbau masyarakat untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mengingat musim kemarau yang ekstrem
dampak dari fenomena El Nino akan berpengaruh pada kesehatan manusia.
"Tingkatkan
kebiasaan pola hidup bersih dan sehat, musim kemarau yang ekstrim akan
berpengaruh pada daya tahan tubuh manusia yang berdampak pada kualitas
kesehatan," ujar Anne Ratna Mustika.
Cuaca
panas dan debu yang saat ini melanda karena dampak dari musim kemarau menurut
Bupati perempuan pertama di Purwakarta dikhawatirkan berdampak pada kualitas
udara di Purwakarta.
Bupati
Anne juga menginstruksikan para
stakeholder di jajaran Pemkab Purwakarta untuk mewaspadai setiap
fenomena alam yang terjadi, seperti kualitas udara yang berdampak pada
kesehatan masyarakat.
"Kita
harus bersiaga penuh untuk mencegah dan mengantisipasi setiap fenomena yang
terjadi. Melakukan pencegahan itu jauh lebih baik dari pada mengobati,"
ujarnya.
Seperti
diberitrakan sejumlah media massa, penurunan kualitas udara terjadi di Ibu Kota
Jakarta dan beberapa wilayah lainnya. Seperti Bogor, Bekasi dan Tangerang.
Kondisi itu terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain,
kemarau panjang yang ekstrim,
konsentrasi polutan, emisi kendaraan
bermotor, termasuk dari manufaktur industri.
Kualitas
Udara Baik
Sementara
itu, berdasarkan pemantauan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Purwakarta melalui
metode passive sampler kualitas udara di kabupaten tersebut dalam kondisi cukup
baik, dan tidak tercemar.
Metode
passive sampler merupakan pemantauan mutu udara ambien, dan merupakan salah
satu upaya untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan program pengendalian
pencemaran udara.
Kepala
Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan dan Lingkungan (P2KL) DLH
Purwakarta Agung Mutaqin mengatakan, faktor pendukung lainnya seperti Ruang
Terbukan Hijau (RTH) yang berada di pusat kota cukup membantu menjaga kualitas
udara di Purwakarta.
"Geografis
di Purwakarta itu kan banyak di dominasi oleh wilayah perkebunan karet, teh,
kehutanan dan perkebunan warga, dan perkebunan bambu di Sukasari, termasuk RTH
di pusat kota, keberadaan itu sangat membantu menjaga kualiatas udara di
Purwakarta," ujar Agung.
Agung
menjelaskan, faktor lainnya kualitas udara di Purwakarta terjaga karena
pengelolaan emisi di sektor industri masih bisa dikenadalikan.
"Aktivitas
kendaraan dan emisi disektor industri masih bisa kita kendalikan. Kita juga
melakukan pengujian berkala untuk kualitas udara di Purwakarta," ujarnya.
Waspadai
Penyakit
Sementara
itu, Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Purwakarta, drg. Elitasari Kusuma
Wardani meminta masyarakat untuk tetap disiplin saat beraktifitas di luar
rumah, seperti menggunakan masker. Banyaknya debu saat kemarau bisa memicu
terjadinya penyakit lain selain ISPA, yakni batuk pilek (Common Cold),
sinusitis, radang tenggorakan akut, Laringitis akut dan Pneunomia (Radang
Paru-paru).
"Usahakan
menggunakan masker saat beraktifitas di luar rumah agar debu tidak langsung
masuk ke hidung dan mulut kita, debu dijalan apabila masuk langsung ke rongga
hidung bisa menyebabkan alergi dan infeksi, dan memicu terjadinya batuk filek,
radang tenggorokan serta lainnya," katanya.
Adanya
peningkatan penderita ISPA di kota-kota besar di Jawa Barat seperti Depok dan
kota Tasikmalaya sempat mendapat perhatian karena adanya peningkatan penyakit
ISPA diwilayah tersebut.
Untuk
antisipasi hal itu, Elita mengaku, sejauh ini pihaknya terus melakukan
koordinasi dengan berbagai pihak untuk penanganan kualitas udara di Purwakarta.
Bahkan, laporan yang diterimanya tidak ada peningkatan untuk penderita ISPA.
"Kualitas
udara di Purwakarta masih cukup baik, tidak ada lonjakan penyakit seperti ISPA.
Data dari Januari-Juli 2023 penderita penyakit itu sekitar 2160 kasus. Data itu
tidak jauh berbeda dari tahun 2022, dari Januari-Agustus penderita 2442
kasus,"katanya
Menurut
Elita, masyarakat harus menjaga asupan gizi seimbang dengan mengonsumsi buah
dan sayur didalam upaya mencegah ISPA ditengah terpaan cuaca panas saat ini.
Selain
itu, diharapkan juga selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)
dilingkungan tempat tinggal. Seperti rajin mencuci tangan dengan sabun agar
terhindar dari kuman penyakit.
"Biasakan
mengonsumsi vitamin atau suplemen dan olahraga rutin guna menjaga imun tubuh,
sehingga mencegah beragam penyakit tidak menular seperti ISPA," kata
Elitasari.(Diskominfo Purwakarta)